Sabtu, 03 Juni 2017

Dahsyatnya Sinar yang Redup (puisi)

Dahsyatnya Sinar yang Redup
Bunda...
Kau arungi samudera kehidupan ini
Bagai ibarat para pengembara
Kau rawat titipan Rabb mu
Kau jaga seorang yang lemah tak berdaya
Siapakah selama ini yang bertahun-tahun kau rawat ?
Siapakah titipan Rabb mu yang lemah tak berdaya itu ?
Itulah aku, ya aku dengan sejuta kekurangan
Aku tahu setiap tetesan keringatmu, setiap peluhmu,
Dan setiap tangis yang menetes di kedua bola mata indahmu itu
Adalah sejuta kasih sayang dan segudang cinta kasihmu untukku
Iringan do’a dalam setiap sholatmu
Menjadikanku seorang pribadi yang tegar melawan kerasnya hidup ini
Setiap lantunan ayat suci yang ku dengar dari mulutmu
Membuat air mataku tak kuasa menetes
Kata yang kerap sering ku dengar dimasa kecil
“Sholat dulu nak !”
Ya, kata itu yang sampai sekarang selalu terngiang dibenakku
                                             Bunda...
Seringkali aku membantah perintahmu
Seringkali aku menghiraukan nasihatmu
Terkadang rasa penyesalan selalu menghantuiku,
Saat kau telah tiada
Sesekali hati ini tersenyum dikala mengingat sikapmu
Karna saat itu aku sangat merindukanmu
Sesekali juga, hati ini menangis saat ku mengenangmu
Karna saat itu kau tak berada disampingku
Sesekali juga aku pejamkan kedua mataku
Karna saat itu aku merasa kau terasa ada didekatku
Kau telah berada dihatiku untuk selamanya
Tak ada yang tersisa lagi untukku
Selain kenangan-kenangan indah bersamamu
Bunda...
Mata indah yang denganmu aku biasa melihat keindahan cinta
Mata indah yang dahulu adalah milikku
Kini semuanya terasa jauh meninggalkanku
Kehidupanku terasa kosong tanpa kehadiranmu
Hati, cinta, dan rinduku adalah milikmu
Cinta dan kasih sayangmu takkan pernah membebaskanku
Bagai mana mungkin aku terbang mencari kasih sayang yang lain
Saat sayap-sayapku telah rapuh karenamu, bunda
Cinta dan kasih sayangmu akan tetap tinggal bersamaku
Hingga akhir hayat sampai kematianku
Hingga takdir Allah akan menyatukan kita lagi dialam yang lain
Hati ini telah terpikat pada sosok terang dalam kegelapan
Yang telah menghidupkan sinar hidupku
Aku tak akan pernah bisa menemukan kasih sayang sehebat yang kau beri
Takkan pernah tertandingi oleh apapun dalam jiwaku
Takkan pernah terganti,
Bagai pecahan logam mengekalkan kesunyian, kesepian, kesendirian dan kesedihanku.

Created by : Syifa Nurafiyah Mustaghfiroh

Puisi Karangan: Syifa Nurafiyah Mustaghfiroh
Twitter: @Syifa_fillah
Blogg: syifanurafiyahmustaghfiroh.blogspot.com

Note: Menulis merupakan hobby aku di waktu senggang, kebanyakan aku nulis puisi dari adaptasi nyata, tapi ada sih sedikit cerita yang aku tulis dari adaptasi fiksi (khayalan) J

Tak Seperti Dulu (puisi)

Tak Seperti Dulu
Kau begitu asing untukku,
Berubah dengan sendirinya
Kau tak lagi seperti dulu,
Begitu lugu memaknai kehidupan,
Begitu bijak menghadapi lika liku ujian yang menghantam
Merentangkan waktu dengan sayap yang indah
Tanpa tahu tuhan tak pernah tidur
Melihat garis lurus mukamu
Tak lagi bercahaya
Tak lagi tampak kulihat seberkas sinar di wajahmu
Yang ada hanya kelam, gelisah, dan resah
Dengan tatapan mata yang bermuara dosa.
                                    Aku hampir tak mengenali dirimu
Ucap dzikirmu yang dulu selalu getarkan hatiku
Senyum polosmu yang dulu selalu mengalihkan setiap pandanganku
Kini semua itu hanyalah imajinasi
Apakah letih, lesu, lelah telah gerogoti jiwamu ?
Hingga sujudmu tak pernah lagi kulihat
Dunia kehidupan telah mewarnaimu dengan hitam dan kelabu.
Hingga kau hilang arah dan tujuan ..

Created by : Syifa Nurafiyah Mustaghfiroh