a. Pendidikan dengan Keteladanan
Keteladanan yang dimaksudkan di sini adalah bagaimana seorang pendidik memberikan contoh terbaik dalam pandangan anak (aku teringat dengan ucapan dosenku ketika masih kuliah dulu bahwa “guru adalah seorang artis yang akan selalu ditiru oleh anak didiknya”). Pendidik akan dengan mudahnya ditiru oleh anak didiknya, baik itu berupa tindak-tanduknya, dan tata santunnya dan bahkan mungkin juga cara jalannya. Hal ini disadari ataupun tidak, bahkan tercetak pula dalam jiwa dan perasaan tentang gambaran pendidik tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan.
Masalah keteladanan adalah faktor penting hal baik-buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan juga menjauhkan diri dari perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan tumbuh menjadi anak yg jujur pula serta akan terbentuk akhlak mulia. Begitupula sebaliknya, ketika pendidik berusaha keras untuk mempersiapkan mereka demi kebaikan, namun tidak menunjukkan keteladanan buat anak didiknya, maka amatlah sukar bagi anak untuk melaksanakan berbagai metode tersebut.
Dalam Islam, kita pun telah diberikan contoh tentang keteladanan Rasulullah, S.a.w. dalam menyebarkan agama Islam, serta dalam memberikan panutan kepada umatnya. Sesungguhnya Rasulullah adalah seorang pendidik yang mulia yang telah memberikan teladan yang baik kepada umatnya.
Sebagai seorang pendidik, hendaknya kita memberikan teladan yang baik, teladan tentang pentingnya arti tolong menolong, pengorbanan dan mendahulukan orang lain, serta tidak berfoya-foya atau bergaya hidup mewah dan juga memiliki kerendahan hati.
Seorang pendidik hendaknya selalu memberikan salam kepada anak didiknya, memperhatikan secara serius terhadap pembicaraan mereka, dan tidak pernah menganggap mereka rendah jika mereka ingin anak didiknya melakukan hal yang sama. Pendidik pun harus bisa memberikan contoh tentang kesantunan jika menginginkan anak didiknya bertatasantun, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Begitu juga jika menginginkan anak didik untuk berani mengemukakan pendapat, pendidik harus memberikan teladan yang baik dalam mengeluarkan pendapat.
Sebagai kesimpulan dalam penjelasan ini adalah bahwa keutamaan akhlak harus diwujudkan dalam sebuah keteladanan yang baik, sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap jiwa dan hati. Oleh karena itu, teladan yang baik harus ada demi berhasilnya pendidikan dan memberikan kepada orang lain contoh yang baik pula, akhlak mulia, perilaku yang baik, sifat-sifat terpuji, sehingga dapat menjadi penerang kebaikan dan kebenaran. Para pendidik harus selalu tampil di depan anak didiknya dengan penampilan yang bisa dijadikan sebagai teladan yang baik, dalam segala hal. Sehingga anak didik sejak usia kecil sudah mengenal akhlak yang luhur. Dengan demikian, diketahui oleh para orangtua dan pendidik bahwa pendidikan dengan memberikan teladan yang baik adalah penopang dalam upaya meluruskan kebengkokan anak, bahkan merupakan dasar dalam meningkatakn keutamaan, kemuliaan dan etika sosial yang terpuji.
Tanpa memberikan teladan yang baik, pendidikan terhadap anak-anak tidak akan berhasil, dan nasihat tidak akan membekas. Karenanya, bertakwalah kepada Allah, dan sadarilah bahwa mendidik mereka adalah tanggung jawab yang dibebankan atas pundak kita.
b. Pendidikan dengan Adat Kebiasaan
Anak adalah amanah bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Seperti yang dikutip dalam wasiat Ibnu Sina tentang pendidikan anak-anak bahwa hendaknya bersama seorang anak kecil dalam pergaulan sehari-hari, karena anak-anak kecil dengan anak kecil lebih membekas pengaruhnya, satu sama lain akan saling meniru terhadap apa yang mereka lihat dan perhatikan.
Jika manusia berada pada pendidikan dan lingkungan yang baik, maka ia akan tumbuh dalam kebaikan. Hal ini dapat kita lihat bahwa manusia manapun yang hidup lama dalam lingkungan sesat dan rusak, sehingga masyarakat telah merasakan kejahatannya lalu tiba-tiba datang seorang saleh yang menjadi temannya sebagai pendidik yang berpengaruh dan membekas, sebagai juru dakwah yang tulus, yang membawanya ke lingkungan yang penuh dengan kemuliaan dan kebaikan, maka setelah ia hidup lama dengan dosa, maka ia menjadi seorang yang muttaqin terkemuka. Begitupula dengan dunia binatang, jika kita memelihara binatang buas, namun karena dibiasakan, akhirnya ia menjadi jinak.
Imam Al-Ghazali berkata bahwa “Anak-anak adalah amanah bagi kedua orangtuanya, dan hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Karenanya, jika dibiasakan pada kebaikan dan diajarkan kebaikan kepadanya, maka ia akan tumbuh pada kebaikan tersebut, dan akan berbahagialah di dunia dan di akherat…..
Sebagai pendidik, hendaknya kita mengajarkan kata-kata “Laa Ilaha Illa ‘l-Lah”. Sehingga secara praktis dari upaya ini akan dapat menyediakan dan membiasakan anak agar berimaan dengan sepenuh jiwa dan hatinya, bahwa tidak ada pnecipta, tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Suci.
Jika pendidik mendapatkan anak didiknya mengerjakan perbuatan munkar atau berbuat dosa, seperti mencuri, atau mengeluarkan kata-kata kotor, hendaklah diperingatkan dan dikatakan kepadanya bahwa ini perbuatan munkar, keji, busuk dan hukumannya haram.
Jika pendidik mendapatkan anak didiknya mengerjakan kebaikan, atau berbuat ma’ruf, seperti sedekah atau memberikan pertolongan, hendaklah didukung dan didorong untuk terus mengerjakannya. Dan katakan kepada mereka bahwa perbuatan tersebut adalah baik dan halal. Dengan demikian, ma’ruf dan kebaikan dikenalkan kepadanya didorong untuk selalu mengerjakannya, sehingga menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan.
Oleh karena itu, pendidikan dengan pembiasaan adalah pilar terkuat untuk pendidikan, dan metode paling efektif dalam membentuk iman anak dan meluruskan akhlaknya. Sehingga tidak diragukan bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak kecil adalah paling menjamin untuk mendatangkan hasil.
c. Pendidikan dengan Nasihat
Nasihat adalah sebuah pembuka mata anak-anak pada hakekat sesuatu, mendorongnya menuju situasi luhur dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia. Nasihat yang tulus, berbekas, dan berpengaruh, jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak dan berpikir, maka nasihat tersebut akan mendapat tanggapan dan meninggalkan bekas yang mendalam.
Metode pendidikan dengan nasihat pun tertuang dalam AlQur’an yang penuh dengan ayat-ayat yang menjadikan metode nasihat (memberikan pengajaran) sebagai dasar dakwah, jalan menuju perbaikan individu, dan memberi petunjuk kepada berbagai kelompok. Adapun metode pendidikan dengan nasihat memiliki ciri seperti berikut ini:
1. Menyeru untuk Memberikan Kepuasan dengan Kelembutan atau Penolakan
2. Metode Cerita dengan disertai Tamsil Ibarat dan Nasihat
Penasihat yang sadar, pendidik yang bijaksana, dan da’i yang berpengaruh dapat menyampaikan kisah dengan gaya bahasa dan struktur yang sesuai dengan daya tangkap orang-orang. Dengan alasan tersebut, hendaklah para pendidik berusaha menggugah emosi dan perhatian anak-anak, ketika menyampaikan cerita.
d. Pendidikan dengan Memberikan Perhatian
Ketika siswa kita mengalami permasalahan, maka kita hendaknya mencari tahu apa yang sedang dialami oleh siswa tersebut agar dapat memberikan perhatian yang sedikit lebih dari biasanya. Karena pada dasarnya, siswa kita membutuhkan perhatian seperti ketika mereka berada dalam lingkungan rumah. Hendaknya, perhatian itu tak akan pernah berkurang sehingga para peserta didik kita merasakan bahwa kita ada untuk mereka di saat mereka membutuhkan kita.
e. Pendidikan dengan Memberikan Hukuman
Ketika ada peserta didik yang melakukan kesalahan yang berakibat fatal, maka tidak ada salahnya jika kita memberikan hukuman ataupun sanksi yang sesuai dengan perbuatannya. Hal ini untuk menunjukkan kepada mereka bahwa segala perbuatan di dunia itu akan mendapatkan ganjaran, baik itu perbuatan buruk maupun perbuatan baik.
Pemberian hukuman merupakan metode pendidikan paling sensitif dan kompleks untuk mengubah perilaku seseorang. Tapi jika cara ini dilakukan secara keliru dan dalam situasi dan kondisi yang tidak tepat dan tidak sesuai kebutuhan, maka berdampak sebaliknya akan merusak dan berlawanan dengan tujuan dari hukuman itu. Sejatinya, hukuman seperti obat pahit yang harus diminum dengan dosis tepat sesuai takaran dan dalam kondisi yang tepat supaya memberikan efek penyembuhan bagi yang sakit.
Dalam pendidikan, metode hukuman adalah jalan terakhir setelah metode lainnya ditempuh. Itu pun harus dilakukan dengan cara, kadar dan situasi yang tepat. Metode hukuman diambil setelah berbagai cara ganjaran seperti pujian, hadiah, pemahaman dan teguran dengan cara yang lembut telah dilakukan. Meskipun demikian, hukuman tetap penting, sebab ketika seseorang melakukan kesalahan dan tidak ada penghalang maupun pengendalinya, maka tidak akan ada yang mengingatkan perbaikan karakter, dan kesalahannya akan terulang kembali.
Prinsip ganjaran dan hukuman sebagai sesuatu yang penting dalam pendidikan Islam. Pada prinsipnya, ayat al-Quran dari sabda Rasulullah Saw mengenai pahala dan hukuman merupakan bagian dari pendidikan manusia. Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 25, Allah swt berfirman, "Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya."
Untuk mendorong orang-orang mukmin berbuat kebaikan di dunia, al-Quran memberikan gambaran tentang surga di akhirat kelak sebagai ganjaran bagi orang yang beriman dan beramal saleh di dunia ini. Misalnya dalam surat az-Zukhruf ayat 70 hinga 73 dijelaskan mengenai gambaran surga dan sebagian nikmat yng ada di dalamnya. Mengenai tafsir ayat-ayat ini, Allamah Hossein Thabathabai menulis, "Allah hendak memberikan pemahaman mengenai penghormatan terhadap mukmin supaya mereka melakukan amal saleh. Oleh karena itu, Allah swt berfirman; orang-orang mukmin memiliki kedudukan tinggi sehingga membuat orang-orang kafir iri, dengan itu kebenaran janji Allah bisa dipahami lebih baik dan lebih jelas."
Di bagian lain, al-Quran menjelaskan azab ilahi kepada orang-orang kafir, dan peringatan kepada orang-orang yang melakukan dosa di dunia supaya bertaubat.
Dalam metode pendidikan Imam Ali dijelaskan mengenai ganjaran dan hukuman. Imam Ali menegaskan urgensi ganjaran dan hukuman kepada para pejabat pemerintah sebagai bagian dari pendidikan kepada masyarakat. Imam Ali dalam salah satu pesan historisnya berkata, "Jangan sampai orang-orang yang berbuat kebaikan dan keburukan setara di hadapan kalian, sebab cara seperti ini akan menyebabkan orang-orang baik menjauhi perbuatan baiknya, dan mendorong orang-orang buruk melakukan perbuatan buruknya,".(IRIB Indonesia/PH)